INI BUKAN
SOAL KALAH ATAU MENANG - INI SOAL HIDUP ATAU MATI
Semua sarana
olahraga tersedia d Camp Jellyjam. Renang, basket, pingpong. Sayang sekali
Wendy tidak getol olahraga seperti Elliot, adiknya, sehingga dia belum berhasil
memenangkan King Coin satu pun. Tapi, seberapa besar sih kesenangan yang
diperoleh dari pertandingan-pertandingan olahraga itu? Itu toh cuma
pertandingan biasa, kan?
Salah besar!
Karena Camp
Jellyjam bukan camp olahraga biasa. Wendy tahu, ada yang tak beres di camp ini.
Para pembina terlalu terobsesi agar anak-anak yang datang ke camp itu menjadi
juara. Mereka selalu menegur yang kalah. Dan setiap anak yang berhasil
memenangkan enam King Coin lalu menghilang...
Ya! Dijamin
kalian pasti ber-goosebumps-ria alias merinding ketakutan kalau membaca seri
ini. Soalnya, seri Goosebumps memang menyajikan kisah-kisah horor yang super
seram dan mengerikan! Tidak percaya? Baca saja sendiri... kalau berani!!!
Chapter 1
PENUH
semangat Mom menunjuk melalui jendela mobil. "Lihat itu! Ada sapi!"
Adikku,
Elliot, dan aku sama-sama mengerang. Sudah empat jam kami melintasi daerah
pertanian, dan Mom menunjuk setiap sapi dan kuda yang kami lewati.
"Coba
lihat ke sebelah sana, Wendy!" Mom berseru dari kursi depan. "Ada
domba!"
Aku menoleh
dan melihat sekitar selusin domba kelabu semuanya gemuk dan berbulu tebal yang
sedang merumput di bukit yang hijau.
"Dombanya
bagus, Mom," ujarku sambil memutar-mutar bola mata.
"Hei,
ada sapi lagi!" seru Elliot.
Sekarang dia
juga ikut-ikutan!
Langsung
saja kusodok rusuknya keras-keras. "Mom, biasa tidak orang meledak karena
bosan?" aku berkeluh kesah.
"DOOOR!"
seru Elliot.
Konyol
sekali, ya?
"Apa
kubilang," Dad bergumam pada Mom.
"Anak umur dua belas sudah terlalu besar untuk diajak bepergian
naik mobil."
"Anak
umur sebelas juga!" Elliot memprotes. Aku dua belas. Elliot sebelas.
"Bagaimana
mungkin kalian bosan?" tanya Mom. "Lihat ada kuda!"
Dad menambah
kecepatan untuk menyusul truk besar berwarna kuning. Jalanan yang kami lewati
berkelok-kelok di antara bukit-bukit yang tinggi. Di kejauhan aku melihat
gunung-gunung terselubung kabut tebal.
"Begitu
banyak pemandangan indah yang bisa kita kagumi," komentar Mom takjub.
"Tapi
lama-lama semuanya jadi mirip sekumpulan foto di kalender," aku
menggerutu.
Elliot
menunjuk ke luar jendela. "Lihat, tuh. Tidak ada kuda!"
Ia ketawa
sampai terbungkuk-bungkuk, seakan-akan itu lelucon paling lucu yang pernah
dilontarkan orang.
Mom menoleh
ke belakang, menatap adikku sambil memicingkan mata. "Kau mengolok-olok
Mom, ya?"
"Ya!"
sahut Elliot.
"Tentu
saja tidak," aku menimpali. "Mana ada yang berani mengolok-olok
Mom?"
"Kenapa
sih kalian tidak bisa serius sedikit?" kata Mom jengkel.
"Kita
sudah hampir meninggalkan Idaho," Dad mengumumkan. "Di depan sana
sudah Wyoming. Sebentar lagi kita sampai di gunung-gunung itu."
"Siapa
tahu ada sapi gunung di situ," seruku. Elliot ketawa.
Mom menghela
napas. "Silakan. Silakan rusak liburan keluarga kita. Liburan pertama
dalam tiga tahun."
Mobil kami
terguncang karena melewati lubang di jalan. Karavan di belakang terdengar
melonjak-lonjak. Karavan tua model kuno itu sudah kami tarik melintasi seluruh
daerah Barat.
Sebenarnya
sih, karavan itu cukup asyik. Di dalamnya ada tempat tidur tingkat yang
terpasang berhadapan di dua dinding. Selain itu juga ada meja untuk makan atau
bermain kartu. Malahan ada dapur kecil segala.
Setiap malam
kami mampir di tempat pemberhentian karavan. Dad lalu menyambungkan karavan
kami ke saluran air dan listrik, dan kami bermalam di dalamnya, di dalam rumah
kecil yang bisa dibawa ke mana-mana.
Kami kembali
terguncang. Karavan di belakang juga melonjak-lonjak lagi. Jalanan mulai
menanjak ketika kami memasuki daerah pegunungan.
"Mom,
bagaimana aku bisa tahu apakah aku mabuk darat atau tidak?" tanya Elliot.
Mom membalik
dan menatapnya sambil mengerutkan kening. "Elliot, kau tidak pernah mabuk
darat," katanya. pelan-pelan. "Kau lupa, ya?"
"Oh,
benar juga," sahut Elliot. "Habis, aku pikir lumayan untuk isi
waktu."
"Elliot!"
Mom menghardiknya. "Kalau kau memang begitu bosan, kenapa tidak tidur
saja?"
"Huh,
bosan," adikku menggerutu.
Wajah Mom
merah padam. Tampang Mom tidak seperti Dad, Elliot, dan aku. Ia berambut pirang
dan bermata biru, dan kulitnya yang putih gampang sekali jadi merah. Ia juga
agak gendut.
Dad, adikku,
dan aku sama-sama kurus dan berkulit kecokelatan. Kami bertiga berambut dan
bermata cokelat.
"Kalian
tidak sadar betapa beruntungnya kalian," Dad berkata pada Elliot dan aku.
"Kalian bisa melihat pemandangan yang menakjubkan."
"Bobby
Harrison pergi ke camp baseball," Elliot mengomel. "Dan Jay Thurman
pergi ke camp sleep-away selama delapan minggu!"
"Padahal
aku juga mau ke sana!" aku memprotes.
"Musim
panas nanti kau bisa ke sana," balas Mom ketus.
"Kesempatan
seperti ini hanya ada satu kali seumur hidup!"
"Tapi
aku bosan!" keluh Elliot.
"Wendy,
ajak adikmu bermain," Dad menyuruhku.
"Hah?"
seruku. "Main apa?"
"Main
Geografi Mobil, misalnya," Mom mengusulkan.
"Aduh,
kok itu lagi?" Elliot menggerung.
"Ayo,
Mom yang mulai," ujar Mom. "Atlanta."
Huruf
terakhir Atlanta adalah A. Jadi aku harus mencari nama kota yang dimulai dengan
A.
"Albany,"
kataku. "Giliran kau, Elliot."
"Hmm,
kota yang dimulai dengan Y..." Adikku berpikir sejenak. Lalu ia
mengerutkan kening. "Ah, aku tidak mau ikut main!"
Adikku
memang payah. Setiap permainan dianggapnya serius, dan ia benar-benar kesal
kalau sampai kalah. Kadang-kadang ia begitu ngotot kalau main bola atau
softball, hingga aku cemas melihatnya .
Kadang-kadang
kalau merasa tidak bisa menang, ia langsung berhenti.
Seperti
sekarang.
"Bagaimana
dengan Youngstown?" tanya Mom.
"Ada
apa dengan Youngstown?" Elliot menggerutu.
"Aku
punya ide!" seruku. "Bagaimana kalau Elliot dan aku pindah ke
karavan?"
"Yeah!
Itu Baru asyik!" Elliot menimpali.
"Lebih
baik jangan," ujar Mom. Ia berpaling pada Dad. "Menumpang karavan
yang sedang ditarik melanggar hukum, bukan?"
"Entahlah,"
kata Dad sambil mengurangi kecepatan. Kami sedang melewati hutan cemara yang
lebat. Udara terasa begitu segar dan harum.
"Boleh,
dong!" Elliot merengek. "Boleh, dong!"
"Kurasa
tak ada salahnya kalau kita biarkan mereka di sana sebentar," Dad berkata
pada Mom. "Asal mereka hati-hati."
"Kami
akan berhati-hati sekali!" Elliot cepat-cepat berjanji.
"Kau
yakin tidak apa-apa?" tanya Mom.
Dad
mengangguk. "Apa yang perlu dikuatirkan?"
Dad
menepikan mobil. Elliot dan aku buru-buru turun. Kami berlari ke karavan,
membuka pintu, dan berebut masuk.
Beberapa detik
kemudian kami berangkat lagi. Aku dan adikku terguncang-guncang di dalam
karavan yang besar.
"Wah,
ini baru asyik!" seru Elliot, berjalan menuju ke jendela belakang.
"Ide
siapa dulu, dong!" tanyaku sambil mengikutinya. Ia langsung mengajakku
ber-high five.
Kami
memandang ke luar jendela belakang. Jalanan seakan-akan menukik ke bawah ketika
kami menanjak ke pegunungan
Karavannya
terguncang-guncang dan terayun-ayun.
Jalanan
semakin menanjak. Semakin terjal. Dan itulah awal dari kesulitan kami.
Bagi anda yang berminat
dengan permainan kartu online berbayar yang dapat dipercaya, silahkan klik link
situs kami di judi bola online dan daftar menjadi member kami sekarang juga, maka
anda akan mendapatkan fasilitas dan bonus. Layanan kami ini di dukung dengan
fasilitas chat yang selalu siap melayani dan menemani anda selama 24 jam penuh.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar