Pembalasan Di Malam Hallowen | Goosebumps #48 | Chapter25

Chapter 25



"AKU... tidak... bisa... makan... apa-apa lagi," Tabby berkata dengan susah-payah.

Sudah beberapa menit kami menggigit dan mengunyah tanpa henti.

Mulut Tabby berlepotan cokelat. Bahkan ada cokelat yang tersangkut di rambutnya yang pirang.

Lee membungkuk di rumput. Ia memegang perutnya sambil mengerang-erang. "Oh, perutku tidak keruan rasanya," gumamnya. Ia bersendawa keras-keras. Dan kembali mengerang.

"Habis ini aku tidak mau melihat permen lagi," bisik Walker.

Aku hendak menyahut. Tapi mulutku penuh.

"Masih banyak rumah!" ujar salah satu kepala labu. "Masih banyak rumah! Kalian tidak bisa berhenti!"

"Jangan begitu, dong!" Tabby memohon.

Lee masih membungkuk. Sekali lagi ia bersendawa keras-keras.

"Sekarang sudah hampir tengah malam!" Tabby memprotes. "Kami harus pulang."

"Masih banyak rumah yang harus didatangi," salah satu kepala labu berkata padanya sambil memicingkan matanya yang menyala-nyala. 

"Kalian harus terus berkeliling. Untuk selama-lamanya!"

"Tapi kami sudah tidak kuat!" Lee mengerang sambil memegang perutnya. 

"Kami sudah tidak sanggup lagi berkeliling!"

"Lagi pula semua orang sudah tidur," ujar Walker. "Takkan ada yang membukakan pintu malam-malam begini."

"Daerah ini BERBEDA!" balas si kepala labu.

"Di daerah INI tak ada masalah!" makhluk yang satu lagi menimpali. "Di daerah ini, kalian bisa keliling SELAMA-LAMANYA!"

"Tapi—tapi—tapi..." aku tergagap.

Aku tahu tak ada gunanya membantah. Kedua makhluk itu akan memaksa kami terus berkeliling. Mereka takkan peduli pada protes kami. Dan mereka takkan membiarkan kami pulang.

"Masih banyak rumah! Ayo, keliling lagi! Keliling selama-lamanya!"

Tabby membantu Lee berdiri. Ia memungut kantong permen Lee dan menyerahkannya padanya. Ia menepis rambut yang menutupi wajahnya, dan meraih kantong permennya sendiri.

Berempat kami melintasi jalan sambil menyeret kantong-kantong permen yang sudah penuh sesak. Udara malam terasa dingin dan lembap. Angin kencang menggoyang pepohonan dan membuat daun-daun mati beterbangan di sekitar kaki kami.

"Orangtua kita pasti sangat cemas," Lee bergumam. "Sekarang sudah larut malam."

"Mereka memang harus cemas!" komentar Tabby dengan suara gemetar. 

"Bisa jadi kita takkan pernah bertemu lagi dengan mereka."

Lampu teras di rumah pertama yang ada di seberang jalan masih menyala. Kedua kepala labu memaksa kami melangkah ke teras.

"Sudah terlalu malam untuk minta permen," Lee memprotes.

Tapi kami tak punya pilihan. Aku menekan bel pintu. Kami menunggu. 

Tubuh kami menggigil. Perutku terasa tidak keruan akibat terlalu banyak dijejali permen dan cokelat.

Perlahan-lahan pintu depan membuka.

Dan kami semua memekik kaget. 

Bagi anda yang berminat dengan permainan kartu online berbayar yang dapat dipercaya, silahkan klik link situs kami di taruhan bola online dan daftar menjadi member kami sekarang juga, maka anda akan mendapatkan fasilitas dan bonus. Layanan kami ini di dukung dengan fasilitas chat yang selalu siap melayani dan menemani anda selama 24 jam penuh.




Tidak ada komentar:

close
agen ceme online