Chapter 26
"HAAAH!" Walker menjerit tertahan.
Lee langsung melompat dari teras.
Seorang wanita. Seorang wanita dengan kepala
Jack-o'-lantern yang menyeringai lebar.
"Trick or treat?" ia bertanya
sambil mengembangkan senyum mengerikan. Aku melihat lidah api berwarna jingga
menari-nari di dalam kepalanya.
"Uh—uh—uh..." Walker melompat dari
teras dan jatuh menabrak Lee.
Aku menatap kepala labu yang menyeringai itu.
Ini benar-benar mimpi buruk! kataku dalam
hati. Mimpi buruk yang jadi kenyataan.
Wanita itu memasukkan permen ke kantong-kantong
kami. Tapi aku tidak memperhatikan permen apa. Aku tidak sanggup mengalihkan
mata dari kepala labunya.
"Apakah Anda...?" aku bertanya.
Tapi ia keburu menutup pintu sebelum aku
sempat menyelesaikan pertanyaanku.
"Ayo, masih banyak rumah!" kedua
kepala labu mendesak. "Keliling lagi!"
Kami menuju ke rumah berikut. Pintu depannya
langsung terbuka ketika kami naik ke teras.
Dan kami kembali berhadapan dengan makhluk
berkepala labu.
Makhluk yang satu ini mengenakan jeans dan
T-shirt lengan panjang berwarna merah tua. Api mendesis dan meretih di balik
lubang mata dan mulutnya. Dua gigi besar dan miring terukir di mulutnya yang
lebar—satu di atas, satu di bawah—sehingga tampangnya berkesan konyol.
Tapi aku dan teman-temanku terlalu ketakutan
hingga tak bisa tertawa.
Di rumah berikutnya, kami disambut sepasang
makhluk Jack-o'-lantern.
Kemudian kami menyeberangi jalan dan menemukan makhluk
kepala labu lain telah menunggu di rumah berikut.
Di manakah kami? aku bertanya-tanya.
Tempat ini benar-benar aneh!
Kedua kepala labu menggiring kami ke blok
berikut. Semua rumah di sana dihuni makhluk-makhluk Jack-o'-lantern.
Sampai di ujung blok, Tabby menurunkan
kantong permen dan berpaling kepada kedua kepala labu. "Kita harus
berhenti!" ia memohon. "Aku sudah tidak kuat lagi."
"Kami sudah tak sanggup lagi berkeliling
dari rumah ke rumah!" Lee berseru dengan putus asa. "A-aku capek
sekali. Dan perutku mual."
"Kita berhenti saja, ya?" Walker
ikut memohon.
"Aku benar-benar sudah tidak kuat,"
kata Tabby sambil geleng-geleng kepala. "Aku takut sekali. Makhluk-makhluk
itu... ada di setiap rumah..." Ia terisak, lalu terdiam.
Lee menyilangkan tangan di depan dada.
"Aku tidak mau jalan lagi," katanya. "Aku tidak peduli kalian
mau berbuat apa. Pokoknya, aku takkan bergerak."
"Aku juga," Tabby menimpali. Ia
maju selangkah dan berdiri di samping Lee.
Kedua kepala labu tidak menyahut. Tanpa
berkata apa-apa, keduanya mulai melayang-layang di udara.
Aku mundur selangkah ketika makhluk-makhluk
itu membelalakkan mata dan semakin lebar meringis. Lidah api jingga terang
menyambar-nyambar dari lubang mata mereka.
Seringai mereka bertambah lebar. Dan kemudian
keduanya memekik dengan nada melengking tinggi. Suara itu membelah keheningan
malam, naik-turun bagaikan bunyi sirene polisi.
Kedua kepala labu itu mendongak, sehingga
lidah api dari mata mereka memancar tegak lurus ke langit. Teriakan mereka
semakin keras. Semakin nyaring. Sampai aku terpaksa menutup telinga dengan
tangan.
Aku melihat kilatan cahaya. Aku menoleh dan
melihat sebuah kepala labu melayang ke arah kami dari seberang jalan.
"Ohhh!" aku memekik ketika dua
makhluk kepala labu lain bergegas keluar dari rumah masing-masing. Menyusul dua
lagi. Dan satu lagi. Dan satu lagi.
Pintu-pintu rumah di sepanjang blok membuka.
Makhluk-makhluk kepala labu melayang keluar.
Melayang ke arah kami. Sambil mendesis-desis
dan meraung-raung.
Mata dan mulut mereka menyemburkan api dan
memancarkan cahaya jingga ke langit malam. Mereka melayang-layang di jalanan,
melintasi pekarangan-pekarangan gelap, meraung-raung bagaikan sirene,
mendesis-desis bagaikan ular.
Semakin dekat. Semakin dekat:
Belasan, puluhan kepala labu.
Walker, Tabby, Lee, dan aku berdesak-desakan
di tengah jalan sementara makhluk-makhluk itu menghampiri kami.
Dalam sekejap kami sudah terkepung. Kami
dikelilingi sosok-sosok berjubah gelap dengan kepala Jack-o'-lantern yang
menyeringai lebar.
Makhluk-makhluk itu berputar-putar di sekitar
kami. Kepala mereka berayun-ayun miring, seolah mau copot. Perlahan-lahan mereka
bergerak mengelilingi kami. Lalu mereka berteriak dengan suara parau:
"Trick-or-treat! Trick-or-treat! Trick-or-treat!"
"Mau apa mereka?" seru Tabby.
"Apa yang akan mereka lakukan?"
Aku tidak sempat menyahut.
Bagi anda yang berminat dengan permainan kartu online berbayar yang dapat dipercaya, silahkan klik link situs kami di taruhan bola online dan daftar menjadi member kami sekarang juga, maka anda akan mendapatkan fasilitas dan bonus. Layanan kami ini di dukung dengan fasilitas chat yang selalu siap melayani dan menemani anda selama 24 jam penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar