Chapter 24
CEPAT-CEPAT
kututup mulutku dengan sebelah tangan. Terlambat.
Aku bersin
lagi.
Saking
kagetnya, Buddy sampai melongo. Kemudian ia menuding-nuding ke arahku.
Langsung
saja beberapa pembina berdiri dan berbalik.
Aku
berpaling ke pintu. Sanggupkah aku meloloskan diri sebelum salah satu dari
mereka menangkapku?
Tidak.
Aku takkan
sempat berlari ke pintu.
Kakiku
gemetaran. Tapi aku memaksakan diri untuk melangkah. Aku mundur ke dinding
belakang.
Kenapa aku
nekat masuk begitu jauh? Kenapa aku tidak mengintip dari pintu saja?
"Siapa
itu?" aku mendengar Buddy berseru. "Ah, gelap sekali. Siapa
itu?"
Bagus!
pikirku. Ia tidak tahu kalau aku yang menyusup masuk.
Tapi
sebentar lagi aku bakal ditangkap dan diseret ke tempat terang.
Aku kembali
mundur selangkah. Lalu selangkah lagi.
Kegelapan
menyelubungiku.
Aku
berbalik. "Ohh!" seruku ketika menyadari aku nyaris jatuh ke tangga
yang curam sekali.
Tempat
persembunyianku ternyata bukan lemari sungguhan.
Tangga batu
yang hitam membelok ke bawah. Menuju ke mana tangga itu?
Aku tidak
bisa menebaknya. Tapi aku tidak punya pilihan. Tangga itu satu-satunya jalan
bagiku untuk meloloskan diri.
Sambil
menempelkan pundak ke dinding aku bergegas menuruni tangga. Sepatuku
tergelincir di tangga batu yang licin.
Hampir saja
aku terpeleset dan terjun dengan kepala lebih dulu. Tapi untung saja aku masih
sempat berpegangan dan menjaga keseimbangan.
Tangganya
berputar-putar. Turun terus.
Udara mulai
panas dan berbau tidak sedap. Aku menahan napas.
Baunya
seperti susu basi.
Gemuruh aneh
terdengar dari bawah.
Aku berhenti
untuk menarik napas.
Dan pasang
telinga.
Gemuruh itu
terdengar lagi. Embusan udara apak menusuk-nusuk hidungku.
Aku menoleh
ke belakang. Apakah ada yang mengejarku? Apakah para pembina sempat melihatku
kabur lewat pintu lemari yang terbuka?
Tidak.
Keadaannya terlalu gelap. Aku tidak mendengar suara apa pun dari atas. Mereka
tidak mengikutiku.
Aduh, apa
sih yang berbau begitu tajam di bawah sana?
Sebenarnya
aku ingin berhenti saja. Aku enggan turun lebih jauh lagi.
Tapi aku
tidak punya pilihan. Aku tahu orang-orang di atas pasti sedang mencari-cari.
Sambil
berpegangan pada dinding batu, aku kembali menuruni tangga.
Akhirnya aku
sampai di sebuah terowongan yang panjang dan sempit.
Udaranya
bertambah panas dan lembap. Sepatuku menginjak-injak air yang tergenang di
dasar terowongan.
Kira-kira ke
mana arah terowongan ini? aku bertanya dalam hati.
Apakah aku
bisa keluar lewat sini?
Aku maju
pelan-pelan. Ketika hampir tiba di ujung terowongan, embusan udara apak
menyergapku. Aku terbatuk-batuk dan berusaha keras agar perutku tidak berontak.
Baunya
memualkan sekali!
Seperti
daging busuk dicampur telur busuk. Seperti sampah yang dibiarkan terjemur
matahari selama berhari-hari.
Kutempelkan
kedua tanganku pada mulutku. Baunya begitu keras sehingga aku bisa mengecapnya!
Aku hampir
muntah. Satu kali. Dua kali.
Jangan
pedulikan bau itu! kataku dalam hati. Pikirkan hal lain.
Pikirkan
bunga segar. Pikirkan parfum yang harum.
Aku tidak
tahu bagaimana caranya, tapi akhirnya aku berhasil menenangkan perutku.
Kemudian,
sambil menjepit hidung rapat-rapat agar baunya tidak masuk, aku memaksakan diri
melangkah ke ujung terowongan.
Aku berhenti
ketika tiba di sebuah ruangan besar yang terang benderang.
Lalu aku
membelalakkan mata sebab di hadapanku tampak pemandangan paling buruk dan
paling mengerikan yang pernah kulihat seumur hidup!
Bagi anda yang berminat dengan permainan poker online berbayar yang dapat dipercaya, silahkan klik link situs kami di agen judi poker online terpercaya dan daftar menjadi member kami sekarang juga, maka anda akan mendapatkan fasilitas dan bonus. Layanan kami ini di dukung dengan fasilitas chat yang selalu siap melayani dan menemani anda selama 24 jam penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar