Chapter 10
"OHHHHHH!"
aku memekik ketakutan.
"Elliot!
Elliot!" Aku berlutut di sampingnya.
Ia langsung
duduk dan menatapku sambil nyengir. "Berapa kali sih kau bisa kutipu
dengan cara ini?" tanyanya. Lalu ia ketawa terbahak-bahak.
Kutonjok pundaknya
sekeras mungkin. "Dasar brengsek!"
Tapi ia
malah ketawa lebih keras lagi. Ia senang sekali kalau bisa mengecohku seperti
itu.
Kenapa aku
selalu ketipu? Aku sudah lupa berapa kali Elliot menggunakan siasat itu. Tapi
setiap kali aku masih saja percaya bahwa ia pingsan.
"Habis
ini aku tidak bakal ketipu lagi. Tidak bakal!" seruku dengan gusar.
Elliot
berdiri. "Ayo, kau harus nonton aku main pingpong," katanya sambil
menarik-narik tanganku. "Aku ikut turnamen. Lawanku namanya Jeff. Ia pikir
dirinya hebat, soalnya bisa bikin bola melintir kalau lagi servis. Tapi
sebenarnya ia tidak ada apa-apanya."
"Aku
tidak bisa," sahutku. Kutarik tanganku dari genggamannya. "Aku basah
kuyup. Aku harus ganti baju."
"Ayo,
dong! Kau harus nonton," desaknya. "Pertandingannya tidak lama. Aku
bisa mengalahkannya dalam sekejap, oke?"
"Elliot"
Ia kelihatan bersemangat sekali. "Kalau aku bisa mengalahkan Jeff, aku
bakal dapat King Coin," ia memberitahuku. "Habis itu aku harus menang
lima kali lagi. Aku harus dapat enam keping, supaya aku bisa ikut Upacara Juara
sebelum kita dijemput Mom dan Dad."
"Mudah-mudahan
berhasil," aku bergumam sambil mengusap-usap rambutku yang basah dengan
handuk.
"Kau
ikut pertandingan renang, ya? Menang, tidak?" tanya Elliot. Ia kembali
menarik-narik tanganku.
"Tidak,
aku juara dua," ujarku.
Ia ketawa
mengejek. "Kau memang payah. Ayo, coba lihat bagaimana aku menyikat anak
itu."
Aku
geleng-geleng kepala. "Oke, oke."
Elliot
mengajakku ke sederetan meja pingpong di luar ruangan.
Supaya
terlindung dari matahari, meja-meja itu dinaungi kain terpal putih yang
dibentangkan di antara empat tiang.
Adikku
bergegas ke meja ujung. Jeff sudah menunggu. Ia sedang memantul-mantulkan bola
dengan betnya.
Tadinya
kupikir Elliot akan melawan anak kecil kurus yang bisa ia kalahkan dengan
mudah. Tapi Jeff ternyata berbadan besar, dengan wajah merah rambut pirang.
Paling tidak ia dua kali lebih besar dari adikku!
Aku duduk di
bangku kayu di seberang deretan meja. Elliot tak mungkin menang lawan anak itu,
pikirku. Adikku yang malang bakal kalah telak.
Ketika
mereka mulai main, Buddy muncul dan d uduk di sampingku.
Seperti
biasa, ia tersenyum lebar. "Belum ada kabar dari orangtuamu,"
katanya. "Tapi kami masih terus berusaha menghubungi mereka."
Kami
menonton pertandingan pingpong. Jeff melancarkan servis dengan bola pelintir.
Elliot langsung menghajarnya.
Di luar
dugaanku, pertandingannya lumayan imbang. Sepertinya Jeff juga terkejut.
Semakin lama pukulan balasannya semakin tidak terarah. Dan sering kali
servisnya yang khusus malah tidak mengenai meja!
Mereka sudah
bermain dua game, Buddy memberitahuku. Game pertama dimenangkan Jef£ game kedua
oleh Elliot. Ini game ketiga yang menentukan.
Kedudukannya
seri enam belas sama, lalu tujuh belas sama, dan delapan belas sama.
Aku melihat
Elliot semakin gelisah. Ia kepingin sekali menang. Ia membungkuk dengan tegang
dan menggenggam betnya begitu erat sehingga tangannya tampak memutih.
Butir-butir
keringat membasahi keningnya. Ia mulai melompat-lompat, dan melenguh setiap
kali memukul. Setiap bola hendak dismesnya.
Sementara
Elliot semakin gelisah dan tegang, Jeff malah kelihatan semakin tenang.
Kedudukannya
sembilan belas sama.
Bola
kembalian Elliot keluar, dan dengan geram ia membanting betnya ke meja.
Aku sudah
melihat gelagatnya. Elliot mulai kehilangan kendali diri.
Ini sudah
sering terjadi dengan adikku. Ia tidak bakal menang kalau tetap tegang seperti
ini.
Ketika ia
mengangkat bola untuk melancarkan servis, aku menempelkan dua jari ke sudut
mulut dan bersuit keras-keras. Elliot langsung menurunkan bet ketika
mendengarnya.
Itulah
isyaratku. Isyarat yang sudah kugunakan berkali-kali sebelumnya. Artinya,
"Tenang, Elliot. Jangan emosi."
Elliot
menoleh dan mengacungkan jempol ke arahku.
Aku
melihatnya menarik napas dalam-dalam. Sekali, lalu sekali lagi.
Isyaratku
itu selalu mujarab.
Ia
melemparkan bola dan melancarkan servis ke arah Jeff. Jeff mengembalikannya
dengan pukulan tanggung. Elliot langsung memanfaatkan kesempatan itu dan
menghajar bola ke sudut kanan.
Jeff mati
langkah. Angka untuk Elliot.
Kemudian
giliran Jeff melakukan servis. Elliot mengembalikannya dengan pukulan backhand.
Pelan saja.
Bolanya
bergulir di net, lalu jatuh ke sisi Jeff, dan memantul beberapa kali.
Elliot
menang!
Ia langsung
bersorak gembira dan mengangkat kedua tangan untuk merayakan kemenangannya.
Jeff
kelihatan kesal sekali. Ia mencampakkan bet-nya ke lantai, lalu segera
melangkah pergi.
"Adikmu
jago juga," Buddy memuji sambil berdiri. "Aku suka gayanya. Ia
bersemangat sekali."
"Soal
itu sih pasti," aku bergumam.
Buddy
cepat-cepat menghampiri Elliot untuk menyerahkan King Coin yang dimenangkannya.
"Hei tinggal
lima lagi," kata Buddy. Mereka ber-high five lalu ber-low five.
"Keciiil,"
Elliot berkoar. Ia mengangkat kepingnya tinggi-tinggi, supaya aku bisa
melihatnya. Wajah King Jellyjam pada keping itu menatapku sambil tersenyum.
Kenapa camp
ini memilih gambar yang begitu konyol sebagai maskot? aku kembali bertanya-tanya.
Ia kelihatan seperti gumpalan agar-agar yang memakai mahkota.
"Aku
ganti baju dulu," ujarku kepada Elliot.
Ia
menyelipkan keping emas itu ke saku celana pendeknya. "Aku mau ikut
olahraga lain lagi!" serunya padaku. "Aku harus dapat satu King Coin
lagi sebelum gelap!"
Aku
melambaikan tangan, kemudian mulai menuju ke gedung asrama cewek.
Tapi aku
baru berjalan beberapa langkah ketika mendengar bunyi gemuruh.
Lalu tanah
mulai bergetar.
Aku terdiam
bagaikan patung. Setiap otot di tubuhku menegang ketika gemuruh itu bertambah
keras.
"Gempa
bumi!" teriakku.
Bagi anda yang berminat dengan permainan kartu
online berbayar yang dapat dipercaya, silahkan klik link situs kami di
agen poker online indonesia dan daftar menjadi
member kami sekarang juga, maka anda akan mendapatkan fasilitas dan bonus.
Layanan kami ini di dukung dengan fasilitas chat yang selalu siap melayani dan
menemani anda selama 24 jam penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar