Chapter 7
AKU menahan
napas. Kalang-kabut aku mencari tempat bersembunyi.
Tak ada
waktu.
Tiga cewek
menyerbu masuk. Ketiga-tiganya menyeringai sambil memicingkan mata. Mereka
membentuk barisan dan langsung menghampiriku.
"Hei!
Tunggu dulu!" seruku. Kuangkat kedua tanganku seakan hendak melindungi
diri dari serangan mereka.
Gadis
jangkung berambut pirang yang pertama ketawa. Lalu disusul kedua temannya.
"Kena
kau!" cewek pirang itu berseru sambil menyibakkan rambutnya yang panjang.
Aku menatapnya
sambil melongo.
"Kaupikir
kami benar-benar mau menyerangmu?" tanya salah satu temannya. Ia kurus.
Rambutnya yang hitam dipotong sangat pendek.
Ia memakai
celana training abu-abu dan t-shirt berwarna sama.
"Ehm...,"
aku bergumam. Wajahku mendadak terasa panas. Aku benar-benar tertipu oleh
lelucon mereka. Aku malu sekali.
"Bukan
aku, kok," gadis yang satu lagi berkata sambil menggelengkan kepala.
Rambutnya yang pirang menyembul dari balik topi Chicago Cubs yang berwarna
merah-biru. "Ini ide Dierdre." Ia menunjuk temannya yang berambut
panjang.
"Kau
tak perlu malu," ujar Dierdre sambil nyengir lebar. "Kau korban
ketiga minggu ini."
Kedua
temannya cekikikan.
"Dan
yang lain juga menyangka mau diserang?" tanyaku.
Dierdre
mengangguk. Ia tampak puas sekali. "Memang agak jahat, tapi lucu.".
Kali ini aku
ikut ketawa.
"Aku
punya adik laki-laki. Jadi ku sudah biasa dengan lelucon-lelucon konyol,"
kataku pada Dierdre.
Ia kembali
menyibakkan rambut. Lalu membongkar laci paling atas dan mengambil karet untuk
mengikat rambutnya. "Ini Jan, dan ini Ivy," ia memperkenalkan kedua
temannya.
Jan yang
berambut hitam pendek. Ia menjatuhkan diri ke tempat tidur.
"Huh,
aku capek sekali," keluhnya. "Latihan tadi benar-benar berat. Lihat,
nih. Sampai sekarang aku masih keringatan."
"Ya,
dan baunya ke mana-mana," Ivy menimpali sambil ketawa.
Jan langsung
menjulurkan lidah.
"Kalian
ganti baju dulu," Dierdre menyuruh mereka. "Waktu kita cuma sepuluh
menit."
"Memangnya
ada apa, sih?" tanya Jan. Ia membungkuk, mengurut-urut betisnya.
"Kau
lupa, ya?" sahut Dierdre. "Kan ada pertandingan renang empat
lap."
"Oh, ya
ampun!" Jan berseru sambil berdiri. "Aku benar-benar lupa."
Ia bergegas
ke lemari pakaian. "Mana baju renangku?"
Ivy
mengikutinya. Kedua-duanya sibuk menggeledah laci.
Dierdre
berpaling padaku. "Kau mau ikut bertanding?" tanyanya.
"A-Aku
tidak bawa baju renang," ujarku.
Ia angkat
bahu. "Itu sih gampang. Aku punya sekitar selusin." Ia mengamatiku.
"Ukuran baju kita kira-kira sama. Cuma aku sedikit lebih tinggi."
"Ehm,
kebetulan aku memang lagi kepingin berenang," kataku. "Barangkali aku
ikut ke kolam renang dan main-main sebentar."
"Hah?
Kau tidak ikut bertanding?" tanya Dierdre heran.
Ketiga teman
baruku itu berpaling ke arahku, dan ketiga-tiganya tampak heran.
"Kapan-kapan
saja," jawabku. "Sekarang ini aku cuma mau nyebur dan berenang
sebentar. Supaya segar."
"Tapi
tidak bisa, dong!" seru Jan. Ia menatapku seakan-akan kepalaku mendadak
ada dua.
"Kau
harus ikut bertanding," Dierdre menambahkan. "Kau tidak boleh
bersantai."
"Hanya
Yang Terbaik," Ivy berkomentar,
"Yeah.
Hanya Yang Terbaik," Jan menimpali.
Sekarang
giliran aku yang kebingungan.
"Apa
sih maksud kalian?" tanyaku. "Kenapa kalian terus bilang
begitu."
Dierdre
menyerahkan baju renang berwarna biru. "Nih, kau pakai yang ini saja.
Cepat, nanti kita terlambat."
"Tapi...
tapi..." aku tergagap-gagap.
Mereka
cepat-cepat memakai baju renang.
Kelihatannya
aku tidak punya pilihan. Aku masuk ke kamar mandi dan berganti baju.
Tapi
pertanyaan-pertanyaan tadi masih saja berkecamuk dalam benakku. Dan aku ingin
memperoleh jawaban.
Kenapa aku
harus ikut bertanding? Kenapa aku tidak boleh berenang santai saja?
Dan kenapa
semua orang terus bilang "Hanya Yang Terbaik?"
Apa maksud
mereka?
Bagi anda yang berminat
dengan permainan kartu online berbayar yang dapat dipercaya, silahkan klik link
situs kami di judi bola online dan daftar menjadi member kami sekarang juga, maka
anda akan mendapatkan fasilitas dan bonus. Layanan kami ini di dukung dengan
fasilitas chat yang selalu siap melayani dan menemani anda selama 24 jam penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar